Sunday, August 3, 2014

Dapur Rumah Kami

Sebenarnya ini dapur rumah Simbah, Simbah dari Dan. Seperti umumnya di desa tempat Simbah tinggal, rumah Simbah adalah model Jawa yang lengkap terdiri dari pendapa (rumah depan), rumah belakang dengan senthong-senthong (kamar) dan dapur. Luas keseluruhan hampir satu blok di perumahan tempat kami tinggal :D

Rumah-rumah dengan pakem asli, hanya menghadap ke utara atau selatan. Dan dapur selalu berada di sebelah timur. Pasti ada filosofinya. Tapi aku ndak sempat baca-baca atau cari info tentang ini. Dapur, dalam bahasa Jawa disebut 'pawon'.

Ada banyak bagian penting dari pawon. Mari kita mulai dari dinding sebelah timur. Panci, kuali, dandang, wajan, ditempatkan di atas rak yang disebut 'paga', digantung di dinding.

Paga.

Untuk tempat penyimpanan air, pawon yang asli memakai gentong tanah dan siwur (gayung) dari batok kelapa. Tapi Bapak mengganti gentong dengan bak berlapis porselen supaya lebih mudah dibersihkan. Meskipun begitu, Simbah tetap menyebutnya 'gentong'.

Gentong dan sinar matahari pagi menembus sela-sela genting.
Di tengah ruangan terdapat pawon, yaitu tungku, yang menjadi nyawa ruangan ini. Mungkin ini sebabnya, ruangan ini, dapur, juga disebut pawon. Simbah punya tiga set pawon yang masing-masing mempunyai satu lubang di depan untuk tempat kayu bakar, dan tiga lubang tungku. Sekali membakar kayu bisa untuk 'ngobori' tiga alat masak sekaligus. Biasanya masak air di tengah. Kemudian di kanan kirinya mengukus nasi dan memasak sayur atau menggoreng lauk.

Pawon.
Tidak ada rak bumbu. Tapi ada amben/dipan ini. Di sini diletakkan segala macam bumbu dan bahan masakan yang masih mentah. Di sini pula Simbah atau Mamak, kadang aku kalau pas bantu-bantu, duduk memotong sayuran dan meracik bumbu.

Amben bumbon.

Piring, gelas, sendok, mangkok, cobek, sutil dll. diletakkan di rak.

Rak piring.

Jika sedang tidak memasak macam-macam, menyalakan api di pawon bisa jadi boros kayu. Ada tungku kecil untuk satu panci/kuali saja. Tungku ini disebut 'keren'. Bukan, bukan dibaca seperti 'keren' yang artinya 'cool' itu. Keren dengan 'e' lemah seperti pada kata 'seperti'. Keren ini biasa digunakan kalau hanya ingin memanasi sayur. Atau masak mi instan :D

Keren.

Itu  kalau Simbah. Berhubung aku tidak bisa daden geni (menyulut api di tungku) maka dengan semena-mena aku menyusupkan kompor gas ke pawon Simbah. Sengaja tidak kutampilkan fotonya di sini, merusak keindahan. 

Di sudut lain ada 'jayengan'. Di sini tempat bikin aneka minuman. Teh, kopi, atau sekedar air putih. Ada tiga termos yang siap dipakai untuk bikin teh jika ada tamu sewaktu-waktu. Ya iya lah. Kalau aku di rumah cukup memanaskan sedikit air di atas kompor kalau mau bikin teh atau minuman panas. Tapi kalau pakai cara itu di sini, belum selesai menyalakan api di pawon, tamu yang mau dibuatkan minum sudah selesai berkunjung dan pamit pulang :))

Ada yang hilang dari sudut ini. Dulu ada kendi di atas meja bundar pendek itu. Sekarang entah di mana. Pemenuhan kebutuhan air dingin digantikan oleh kulkas.

Jayengan.

Ada lemari khusus tempat menyimpan bahan makanan tahan lama. Minyak goreng, gula pasir, teh, kopi. Juga perabotan yang jarang dipakai. Baskom, piring, mangkok, rantang, teko. Ada dua lemari seperti ini di pawon.
Lemari.

Inilah penampakan pawon Simbah dari satu sudut. Di dapur ini dimasak dan disiapkan segala hidangan setiap ada hajatan. Gotong-royong di desa Simbah masih sangat kuat. Setiap ada hajatan, tetangga akan datang untuk membantu memasak. Ada yang spesialis menanak nasi dengan dandang dan kukusan, ada yang spesialis bikin bumbu pecel, dan spesialis-spesialis lainnya. Kalau pas rame-ramenya, bisa 20 orang berada di pawon Simbah sekaligus. Menggelar tikar atau duduk di dingklik. Merajang,  mengulek, mengaduk, membetulkan api, dan tentu saja, ngerumpi ;)



Meskipun masak dengan kayu yang berasap, tapi ruangan yang tinggi dan lega ini membubungkan asap ke atap dan keluar menembus celah-celah genting. Tetap lega. Dan aku pernah baca lupa di mana, konon seorang ibu yang memasak di dapur model kuno semacam ini, dalam sehari bisa mondar-mandir sampai 12 km. Luar biasa!

22 comments:

Ida Nur Laila said...

masakan dari dapur tradisional ini pastinya lezaat...

Istiadzah said...

Dapurnya mirip di rumah Mbah Kakung aku di Tegal. Terus itu rak piringnya persiiiis banget. Pake kayu. Vintage banget. Lemarinya juga. Ah, jd kangen Mbah. Kasihan udh sendiri, mana anak2nya ga ada yg tinggal sama Mbah. Mbah-nya pun ga mau diajak tinggal di Jkt di rumah Papaku. Iya, yg di Tegal itu Mbah dr Papa. Sudah 75 lebih umurnya, tp masih sehat alhamdulillaah. :')

Anggie...mamAthar said...

Kereeeen mb.... bukan 'keren' yg dimaksud itu ya....
Kapan2 aku diajak ke rumah simbah ya mb... Tp cm numpang makan n foto2 aja boleh???

Anonymous said...

Dapurnya lusa itu sebabnya ibu-ibu jaman dahulu langsing sehat-sehat

salam kenal mbak Latree

/janis

Kartika Nugmalia said...

Samaan sama punyaeyangbuyutnya Shoji di Minang sama di Imogiri. Raknya juga kayu kaya gitu. Aku suka gegenen pake blarak jaman kecil, trus biar apinya gede disebul sebul pake batang bambu...apaaa ya namanya

#bikinkangen

Latree said...

lezat dan ngangeni, mbak Ida...

Isti, mbah putri sudah seda, sekarang tinggal mbak kakung sendirian, alhamdulillah masih sehat :)

ayo mbak Anggi, kalau pas aku mudik kamu kudu ikut brarti...

salam kenal janis :)

gegeni pas udara dingin memang asik banget Aya....

noe said...

Rumah mbahku di lampung juga ada pawonnya. Tp rmh itu udah dijual dan dibagikan dlm bentuk uang untuk warisan setelah mbah kakung sedo. Heuheu.. terlempar ke masa lalu mbaca ini

HM Zwan said...

duh mbk,koyok pawon ndek omahe ibukku lo hehe....isuk2 masakne arek panti,aku ikut nimbrung duduk manis di depan geni,nganget sambil nunggu sarapan mateng hehehe....

rahmi said...

Dapurnya masih orisinil, luas banget yaaa

Tira Soekardi said...

mirip banget dengan dapur eyangku juga, dapurnya luas dengan kompor dg bahan bakar kayu bakar dan menuju dapur dari runag makan, berupa lorong panjang yg melewati kamar mandi yg berderet. Makanya dulu paling takut malam2 ke dapur krn penerangannya sedikit jadi tampak seram

Anonymous said...

pawonNya mirip bngt mA pawOnq..tp skrAng cm d bUat ngrbUs air..sma d bUat utk adang klu ada hajatan..

Latree said...

ternyata rata-rata dapur nenek kita masih begini ya... dan ternyata rata-rata kita ya cuma bisa nungguin :))

sayang sekali ya, Noe... rumahnya harus dijual :(

saryahd said...

Kayak dapurnya nenekku jaman dulu. Kalo hajatan, sekampung rame-rame bantuin masak. Waktu kecil aku suka mondar-mandir di dapur, berharap ada ibu2 yang manggil n bagi2 makanan :D

Akira's Blog said...

Ya ampuuun... mengingatkanku ke dapur simbah. Dulu aku sungguh buta kalau mbantuin mbah masak di keren. Hahaha. Gak bisa nyalain api sama sekali.

Lindaleenk said...

Ini kayak dapur sodaranya eyang..
Luas!
Tapi penasaran, kalau ujan baka netes2 ga ya airnya dari sela genteng? :/

E. NoviaMF said...

dapur simbahku sudah lama berganti dengan modern semenjak ditinggal simbah :(.
Tapi masih ada Rak piring sama dipan di dapurnya. Jadi kangen dapur simbahku sebelumnya :)

Dulu suka banget makan nasi anget di atas dipan sambil nemenin alm simbah masak

Indah Nuria Savitri said...

iniii yang buat kangen Indonesia..the homey feeling..bahagia bangeet masih bisa nggaratakin dapur si mbah :)..makasiiih yah sudah berbagi..cheers..

Latree said...

pokoknya ada suasana dan rasa yang tidak bisa diceritakan kalau kita berada di dalamnya...

Linda, ga bocor lah... gentingnya kan terpasang dengan baik dan benar :)

Noorma Fitriana M. Zain said...

kalau di rumahku udah pake kompor gas semua mak,

tapi di rumah mertuaku masih pake pawon gitu, aku sampe heran, masak dengan api besar kok gak gosong ya? hehe

soeman jaya said...

Dapur rumah 'orang dahulu ... ruangan lebar-lebar, orang sekarang bilang tidak praktis dan efisien ... itu kalik ya? Padahal, filosofi luar biasa ya ... salah satu itu bisa jalan ber- KM ya. kan jadi olahraga dalam ruangan. :D

Irma Senja said...

Jd inget dapur mbah ku jg di jawa tengah sana mba... syg tinggal dlm kenangan krn begitu mba meninggal dibongkar jd dapur modern. Naksir lemarinya... klasik bgt

PRIMA PARQUET said...

Klo orang d rumahku nyebutnya semprong :) ,,, batang bambu buat niupin udara pas
daden geni