Friday, December 23, 2016

Patience

Tiga empat tahun yang lalu, beberapa tetes air tumpah akan membuatnya gusar, kadang sampai tantrum. Butuh berbulan-bulan untuk menanamkan padanya bahwa, air yang tumpah bukan bencana dan bisa diatasi. Dengan lap.
Awalnya, aku atau bapaknya atau kakaknya yang mengambil lap dan mengeringkan air yang tumpah, sambil tetap berusaha menenangkannya.
Kemudian butuh berbulan berikutnya untuk menanamkam bahwa dia bisa melakukannya sendiri. Menuntun dia yang menjerit-jerit untuk mengambil lap, dan mengeringkan air.
Semalam sebelum berangkat bepergian, Aik yang sudah siap dengan tas mainannyq keluar rumah. Pintu mobil sudah dibuka dan dia kami minta naik duluan. Aku masih membereskan beberapa hal ketika dia masuk, meletakkan tas mainan di meja, lalu mengambil tisu.
Aku ikuti dia keluar lagi, mengelap sandalnya yang basah terkena tempias hujan.

Saturday, July 30, 2016

Permak

Kalau mau teliti ternyata bisa rapi.
Begini susahnya jadi orang dengan ukuran tubuh tidak standar rata-rata. Susah banget beli celana ukuran 25 (atau 6). Sempat nemu tapi modelnya skinny fit yang jatuhnya mirip jegging, ga tega make untuk ngantor. Syukurlah akhirnya nemu ukuran 8 yang, waktu kuamati model bannya sepertinya mudah untuk dikecilkan jadi ukuran 6; ga perlu bongkar muter karena ada sambungan di jahitan samping.
Ternyata tidak semudah dan secepat yang kubayangkan untuk sekedar mengurangi lingkar pinggang 2cm kanan kiri. Ada beberapa bagian yang harus dibongkar bertahap, salah satunya bahkan aku belain mencabut benangnya perlahan dengan jarum.
Belum serapi hasil kerja tukang jahit langgananku (sudahlah mbak, kamu nyanyi aja jangan ikut-ikutan jahit juga, sisain ladang buat orang lain, kata pak penjahit). Pasti lebih mudah kalau aku minta tolong penjahit dan bayar 10 ribu (atau lebih kalau penjahitnya yang 'mahal').
Tapi dalam hal tertentu aku memang lebih suka melakukan hal-hal yang memerlukan sedikit usaha. biar hidup tidak manja, tidak gampang mengeluh, dan bisa lebih menghargai kerja keras orang lain.
Masih ada satu lagi yang menunggu. Biar jadi proyek minggu depan.

Sunday, June 26, 2016

Miracle Before My Eyes


They're about the same age. Aik was born 14 days after my brother's son. I think it was natural for me to expect average growths and developments on them. But what how would it feel when you finally found that your baby is delayed?

It was frustrating, at first, only to see my boy's delayed development. And it became even more when people started to compare him with his cousin. For quite a while I felt uncomfortable every time I had to visit my parents and met my brother, and his son - who grew amazingly as an energetic and smart boy. 
It took time. But I have come to a point, after a long struggle, to accept Aik's condition and focus on helping him instead of thinking about what people say about him. I've learned to ignore whatever makes me uncomfortable about raising Aik. This way I live my life more peacefully. I can love him fully and cherish every progress Aik makes, that looks little for other people but some times is a leap for me.


Until few months ago, these two little miracles still couldn't really get along together. They were like living in two different worlds. I can understand how my brother's son see Aik is different, and how hard it was for him to get in touch. But there was a progress, a leap, that now they can play together although language is still a barrier.
Magic happens anytime, anywhere, if you can see. There are miracles before your eyes, if you believe.