Saturday, June 2, 2012

the hitting sticks


Tiga minggu terakhir ini, setiap sabtu sore ada keriuhan baru di rumah. Ar Ir Ibit dan anak-anak di blok berkumpul dan berlatih bermain perkusi. Ada juga beberapa anak dari luar blok, yang kebetulan sering main bersama.

Ideku mengumpulkan mereka berawal dari hari-hari ketika aku sakit dan harus istirahat di rumah beberapa hari. Aku melihat anak-anak ini bermain sepakbola, petak umpet, kejar-kejaran. Kadang berkumpul di rumah salah satu dari mereka, merubung play station atau main game online di komputer.

Aku melihat energi berlimpah pada mereka. Dan alangkah asiknya jika energi mereka itu disalurkan untuk sesuatu yang terarah. Aku bukan mau bilang, aktivitas bermain yang selama ini mereka lakukan tidak ada gunanya. Tentu saja ada. Semua itu adalah olahraga alami buat anak-anak. Jadi aku tetap membiarkan mereka melakukannya, bahkan kadang aku ikut bergabung main petak umpet bersama mereka.

Orang tua anak-anak ini sepenuhnya mendukung kegiatan yang kuusulkan ini. Hanya saja, kemarin ada satu ibu yang menyarankan untuk tidak mengajak salah satu anak dari luar blok, yang menurut dia nakal dan tidak sopan.

Terus terang aku agak heran. Anak yang dibilang nakal dan tidak sopan ini, sejauh yang kulihat ya biasa saja. Bahkan setiap mau masuk ke rumahku dan mencari Ar Ir, selalu mengetuk pintu dan mengucap salam. Aku melihat sih, dia punya potensi berlaku negatif dan cenderung mendominasi. Mungkin karena dia yang paling tua di 'gerombolan' bermainnya.

Lalu kupikir, mungkin aku yang tertipu dengan sopan santunnya. Sambil lalu (dengan sungguh-sungguh) aku bertanya kepada sekitaran tentang tingkah laku anak ini. Aneh, hampir semua mengatakan hal yang sama. Anak ini nakal dan suka berbohong.

Entah ya. Antara percaya (karena banyak yang ngomong) dan tidak percaya (karena belum lihat sendiri). Kalaupun benar, mungkin ada sebab dia berperilaku begitu, entah apa. Yang jelas sebenarnya dia masih bisa diajak beraktivitas positif, dan harapanku, itu membuat lupa pada kebiasaan buruknya (seperti kata orang-orang).

Pagi ini anak-anak berkumpul. Main badminton. Nonton tivi. Jalan-jalan keliling blok. Sesekali dari mulut mereka keluar suara ketukan yang diajarkan guru perkusinya kemarin sore.

Biar deh apa prasangka orang atas anak-anak ini. Atau mungkin atas aku. Aku sendiri punya masa kecil yang penuh energi dan banyak mimpi. Taman bermainku adalah kebun, tanah lapang, hutan. Perangkat mainku adalah kayu, pepohonan, tanah, batu, pasir.

Jaman dan lingkungan mungkin sudah berbeda. Tapi setidaknya anak-anak ini punya energi dan gairah yang sama besarnya. Mereka bersemangat sekali belajar main perkusi. Selalu datang sebelum gurunya tiba. Dan terus bertanya kapan mereka akan tampil.

Ha. Aku sendiri masih bingung mereka mau kutampilkan kapan dan di mana. Nanti juga ketemu. Bukan soal sulit. Jadi kujawab aja, mereka akan segera tampil, kalau latihan mereka rajin dan selesai berlatih satu komposisi.

Aku juga tidak sabar ingin melihat mereka beraksi.

No comments: