Akhirnya aku dan Aik ikut. Kami menginap di salah satu hotel tidak jauh dari hotel tempat resepsi. Yang terpenting buat Aik, ada liftnya.
Tidak ada yang istimewa di acara resepsinya, kecuali bahwa bunga-bunga yang dipasang adalah bunga plastik. Ini membuatku terhibur karena, dulu pernah ada yang sedikit merendahkan acara nikahanku yang pakai dekorasi bunga plastik, dan memamerkan resepsi nikahannya yang 'seluruh bunga di ruang resepsi ini asli lho!' Halo, ini adalah hajatan seorang direktur BUMN, pakai bunga plastik, dan nggak masalah.
Yang lebih penting adalah acara minggu pagi sampai sorenya.
***
***
Kami sudah keluar dari hotel pukul 08.00, Taman Pintar belum buka, jadi kami jalan dulu ke Benteng Vredeburg. Hm... hm... hm.. di sini kayanya aku dan Dan yang lebih menikmati. Tiba-tiba aku paham isi Perjanjian Renville, yang waktu pelajaran Sejaran di SMP-SMA terasa susah banget untuk nyantol di kepala...
Agak siang kami jalan kaki sedikit menuju Taman Pintar. Kami berharap Aik bisa menikmati kunjungan di sana.
Dia terdiam sesaat di titik ini sebelum melanjutkan perjalanan. Dari semua isi Taman Pintar yang dijelajahi, paling betah di daerah Fisika. Nggak terlalu tertarik dengan dinosaurus dan ikan.
Hm... hm... hm....
Kamu sukanya apa sih Nak?
Di rumah, malam sebelum tidur, aku pancing Aik untuk mengingat binatang-binatang yang dia lihat di Gembira Loka. Tapi ogah-ogahan banget jawabnya, bahkan sempat keluar jawaban andalan, ‘nggak tau.’
Akhirnya aku pura-pura mengingat. Ternyata dia menyahut.
Gajahnya ada.... berapa ya?
‘Dua.’
Crocodile ada berapa?
‘Tujuh.’
Ada swan warna...
‘Putih.’
Ada harimau.
‘Warna orange, asleep. Ada bola merah.’ (Di kolam dalam kandangnya, mungkin untuk mainan).
Ada monkey nggak ya?
'Monkey awake. Not asleep.'
Mami lihat flamingo ijo.
‘Eh salah, pink.’
Aku berhenti.
Dia bukan tidak ingat, tapi sedang males. Mungkin saking capeknya. Jadi aku ucapkan ‘good night.’
Sepertinya ide bagus juga untuk lain kali mengajak Aik jalan-jalan lagi. Yang penting jangan sampai kecapekan karena terlalu banyak jalan kaki, perutnya sepertinya yang nggak kuat.
Di rumah, malam sebelum tidur, aku pancing Aik untuk mengingat binatang-binatang yang dia lihat di Gembira Loka. Tapi ogah-ogahan banget jawabnya, bahkan sempat keluar jawaban andalan, ‘nggak tau.’
Akhirnya aku pura-pura mengingat. Ternyata dia menyahut.
Gajahnya ada.... berapa ya?
‘Dua.’
Crocodile ada berapa?
‘Tujuh.’
Ada swan warna...
‘Putih.’
Ada harimau.
‘Warna orange, asleep. Ada bola merah.’ (Di kolam dalam kandangnya, mungkin untuk mainan).
Ada monkey nggak ya?
'Monkey awake. Not asleep.'
Mami lihat flamingo ijo.
‘Eh salah, pink.’
Aku berhenti.
Dia bukan tidak ingat, tapi sedang males. Mungkin saking capeknya. Jadi aku ucapkan ‘good night.’
Sepertinya ide bagus juga untuk lain kali mengajak Aik jalan-jalan lagi. Yang penting jangan sampai kecapekan karena terlalu banyak jalan kaki, perutnya sepertinya yang nggak kuat.
No comments:
Post a Comment