sepeda menjadi langka, kalaupun ada harganya berlipat ganda. seperti masker di awal pandemik corona.
rupa-rupa berita kelakuan pesepeda di jalanan, di warung. apakah ini pelampiasan setelah berbulan di rumah aja? benarkah mereka yang mubal di atas sepeda ini sebelumnya patuh berada di rumah saja?
bersepeda katanya adalah salah satu bentuk olahraga yang relatif aman karena dilakukan di udara terbuka. yang bahaya, menurutku, kalau nggak patuh aturan lalu lintas. dan satu lagi, berangkat berombongan lalu saat jeda atau istirahat di akhir rute duduk-duduknya berkerumun dan tanpa masker.
kami beruntung bahwa satu dasawarsa sebelumnya kami pernah menggilai sepeda sampai, setiap orang punya satu. di akhir pekan kami bersepeda berlima walau bukan rute yang jauh-jauh dari rumah (waktu itu belum ada Aik). milik Ar dan Ir sudah dijual karena kondisinya sudah parah. jadi sekarang tinggal tiga, dan terpaksa kami bikin jadwal gantian.
maka ketika Dan membongkar sepeda-sepeda yang hampir 10 tahun terabaikan tersandar di garasi, ini kesepakatannya: tidak ikut rombongan lebih dari 10 orang, berangkat pagi sekali sebelum jalanan ramai, tidak berhenti di tempat-tempat yang ramai. jika terpaksa harus berhenti atau berjalan pelan di antara kerumunan, wajib pakai masker.
agak menakjubkan juga bahwa, untuk gowes pertama setelah bertahun-tahun kami langsung ambil rute sepanjang lebih dari 20 km pergi-pulang, lengkap dengan turunan dan tanjakan tajam. beberapa kali kami berhenti karena Dan butuh jeda. tapi selesai juga.
minggu berikutnya kami mencoba lagi rute yang hampir sama, dan rasanya lebih ringan. awalnya aku khawatir paha dan betis yang bakal remuk, tapi ternyata mereka baik-baik saja. efek hebat yang masih terasa selesai bersepeda adalah lapar dan lapar, ngantuk dan ngantuk.
besok coba rute lain, ah.
No comments:
Post a Comment