Ibit bercerita, bahwa dia baru saja meletakkan kesempatan untuk duduk di Dewan Galang Pramuka. 'Pelajaran sudah cukup berat, dan aku sudah jadi pengurus OSIS dan Rohis. Aku ingin tetap punya waktu untuk kegiatan di luar sekolah.' Yang dia maksudkan mungkin pergi jalan-jalan atau nonton bioskop. Tapi ternyata juga termasuk ikut terlibat di aktivitasku berkesenian. Bertemu banyak orang dan sesekali tampil di pagelaran. Tentu saja ini melegakan.
Pagi ini aku mengajaknya ke pertemuan komunitas sketser, dan mampir ke pameran kaleng di seberang gedung tempat pertemuan. Barang-barang yang dipajang di pameran itu adalah segala sesuatu yang terbuat dari kaleng, baja tipis bersalut timah, dan semuanya antik. Mulai dari mainan, peralatan minum dan makan, kemasan oli, perman, minyak rambut, sampai sampo. Ada yang masih mulus tapi kebanyakan sudah karatan. Dan dijual dengan harga yang menakjubkan. Bayangkan, sebuah kaleng wadah kertas rokok lintingan yang sudah kusam dan karatan, dibanderol Rp. 100.000.
Mahal? Aku senang Ibit tidak beranggapan begitu. Dia bisa menerima bahwa semua barang di pameran itu adalah benda antik dengan sejarah keberadaannya, bukan barang rongsokan. Dan dia bukan sekedar senang, tapi bangga mendapat kesempatan melihat pameran itu. Keren, katanya. Dia tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya hari ini kepada teman-teman sekolahnya besok.
"Tidak ada anak di sekolahku yang seberuntung aku, bisa melihat pameran unik seperti itu."
Dan tidak ada ibu yang sebahagia aku, bisa membuatnya begitu bangga dan gembira dengan mengajaknya melakukan hal-hal (yang tampaknya) sederhana. Yang lebih membahagiakan, sebenarnya, adalah dia mulai memahami bahwa dia butuh aktivitas lain selain nggekeng di dalam pagar sekolah.
Menjadi materi refreshing tapi juga menambah pengetahuan.
Kapan-kapan kita nonton pameran lukisan ya, Mbak Ibit ;)
Powered by Telkomsel BlackBerry®