entah kenapa, orang yang datang ketika kita baru saja membicarakannya, dikatakan panjang umur. yah, paling tidak sampai saat itu dia masih hidup. begitu mungkin ya?
kemarin aku dan Dan mengantar anak-anak untuk liburan di rumah Mbah Buyutnya. tertunda seminggu karena acara sunat menyunat minggu lalu. iya, jadi Ar Ir harus istirahat dulu menunggu luka bekas sunatnya sembuh. soalnya kalau liburan di rumah Embah itu dijamin anak-anak ga bakalan bisa diam. ga kebayang kalau mereka keliling desa naik sepeda kebo, masih dalam keadaan pakai sarung sehabis sunat...
setelah nge-drop anak-anak di Mbah Buyut, aku menyempatkan mampir ke Ibu. dan begitu turun dari mobil, Bapak keluar sambil berseru... 'Alhamdulillah, panjang umur... Ibumu pengen dipotong rambutnya...'
cless... seketika itu pengen nangis karena terharu. Ibu pengen potong rambut, tapi ga mau dipotong oleh Bapak, padahal dulu Bapak tukang cukur. ga mau dipotong di salon. ga mau dipotong oleh adik-adikku (atau istri-istri mereka). maunya dipotong olehku.
jadi setelah salim-salim dan meletakkan oleh-oleh, aku potong rambut ibu yang sudah hampir sepinggang itu, menjadi sebahu, dengan cara yang pernah diajarkan oleh Bapak. ga sampai lima menit, karena sebelumnya Ibu sudah menyisir rambutnya sampai licin. padahal aku ga bilang kalau mau datang, dan Ibu juga ga tahu kalau aku mau datang. it felt sooooo great!
hm... mungkin terdengar lebay menganggap hal seperti ini istimewa. tapi setiap orang punya cerita di balik cerita.
***
pengen sih, gantian minta dipotong oleh Ibu. tapi sepertinya itu sulit diwujudkan... :D