Dia ingin sekolah di SMP 24, seperti teman-temannya. Tapi aku tidak yakin dia bisa belajar maksimal di sekolah bukan inklusi.
Setelah survey sana sini, kami memutuskan untuk Aik belajar di sebuah PKBM yang inklusif dan betul-betul concern pada ABK. Mereka punya kelas reguler dan kelas khusus ABK. Kelas reguler bisa mendapat ijazah penyetaraan. Kelas khusus (ABK) hanya memberikan sertifikat kemandirian.
Menurutku Aik sudah cukup mandiri. Tapi tidak tahu apakah dia bisa ikut kepas reguler.
Pekan lalu Aik menjalani asessment. Hasilnya keluar kemarin: Aik dapat mengikuti kelas reguler.
Aku sendiri sering meragukan kemampuan Aik. Kenyataannya dia bukan tidak mampu, cuma perlu usaha khusus untuk belajar. Bismillah, semoga pilihan kami kali ini tepat untuk kebutuhannya.