Dulu waktu tahu bahwa kehamilanku kembar, reaksi pertama malah stres, "Ya Allah, apa aku sanggup membesarkan anak kembar? Mau aku kasih makan apa?"
Yak benar, ternyata makannya ya seperti anak manusia biasa, haha.
Dan sekarang mereka sudah besar.
Dan dua-duanya diterima di Undip meskipun dengan jalur dan di jurusan yang berbeda. Kami tidak berharap banyak bisa diterima lewat jalur SNMPTN. Karenanya, mereka ambil bimbingan belajar untuk fokus masuk lewat jalur SBMPTN. Ar berhasil, Ir belum. Momen membuka pengumuman hasil SMBPTN itu mengacaukan batin. Di satu sisi kami gembira Ar lolos, tapi sedih Ir belum.
Aku menghargai Ar yang menunda sorak sorainya. Kami seisi rumah membiarkan Ir tenang dulu selama sehari dua hari. Lalu besoknya menyemangati lagi untuk ikut jalur mandiri. Daftar bimbingan belajar lagi. Melarang dia mengkhawatirkan biaya pendaftaran di sana sini. Itu bagian dari usaha, tidak akan menjadi mubadzir.
Mendaftar mandiri di tiga universitas, pengumuman berselang seminggu seminggu. Di Universitas Brawijaya belum lolos. UNS juga belum berhasil. Ir terlihat lelah dan khawatir. Aku berusaha menenangkan, barangkali memang jatahnya diterima di Undip.
"Aku pengin teriak histeris kaya Ar kemarin waktu lolos SMBPTN."
Dan terkabul.
Membiayai tiga anak yang kuliah bersamaan, dengan UKT serba tinggi karena ibuknya PNS, kalau dilihat sekilas pasti berat. Tapi kali ini aku nggak mau lagi meragukan diriku, apalagi kuasa Tuhan. Tidak ada yang ingin kupertanyakan. Aku memohon saja, "Ya Allah, paringi lancar segalanya."