Hari ini adalah hari terakhir long weekend Aik, karena selain libur biasa di Sabtu dan Minggu, Senin yang kejepit karena Imlek hari Selasa sekalian diliburkan oleh gurunya. Di dua sekolahnya. Hal pertama yang diucapkan saat bangun pagi: sekarang hari libur.
Pagi agak siang, sekitar pukul setengah tujuh, aku ajak Aik jalan kaki. Biar liburannya tidak beku di rumah dan terpaku tivi atau gadget. Jalan kaki bersama Aik harus super sabar. Dia tidak bisa berjalan cepat. Selalu berhanti dan mengamati apa pun yang menarik. Kubangan air, air got, spanduk kampanye. Ketemu siapa pun di jalan, dia mengingatkan, "Sekarang hari libur!"
Kira-kira 500 meter perjalanan, kulihat ada kucing kecil
sendirian, mengeong seperti mencari teman. Tidak ada kucing lain di sekitar situ. Sepertinya dia dibuang oleh pemiliknya. Ketika aku jongkok mendekatinya, dia langsung melompat ke pelukanku. Cantik banget, dan matanya biru. Meskipun ada sudah ada enam kucing di rumah, aku kok ingin membawa dia pulang. Jadilah dia kugendong menyelesaikan trek. Total perjalanan bersama Aik adalah 1,6 km, ditempuh dalam waktu hampir satu jam...
Sesampai di rumah, baru kelihatan ternyata kucing itu luka di paha kanannya. Lebar dan infeksi. Bahkan mulai ditinggali belatung. Nggak sanggup kalau harus merawat sendiri. Akhirnya aku dan Ibit, juga Aik yang tadinya galau namun akhirnya memutuskan ikut, membawa bayi kucing itu ke klinik hewan.
Si kucing kami tinggal, supaya dapat dirawat dengan baik. Ibit tiba-tiba ingin latihan menari di rumah temannya. Jadilah Ibit menggantikan aku di belakang kemudi, sekalian latihan, nyetir ke rumah temannya. Minta didrop di sana.
Usai mengantar Ibit, Aik minta jalan, tidak mau pulang. Karena di jalan pulang kami melewati Taman Tirto Agung, berhentilah kami di sana. Aik main perosotan dan panjat-panjatan, juga sekedar jalan keliling taman. Aku menambahkan 1,5 km lagi dengan menapaki trek joging terpanjang tiga putaran.
Di perjalanan pulang, aku ingat PR dari guru Aik untuk mengulang hafalan surat pendek. Dia tidak mau. Di rumah saja, katanya. Baiklah.
Sampai rumah sudah lewat pukul dua belas. Makan siang dan sholat dhuhur, selesai pukul satu. Aku ajak Aik tidur siang.
Sebelum tidur, aku mengajak membahas aktivitas sebelumnya, "Tadi Aik main di taman ya?"
"Iya. Sekarang baca apa?"
"Baca apa? Aik tadi baca apa?"
"Sekarang, di rumah, baca, A?"
"A? Baca apa? Aik mau baca apa?"
"Al Ikhlas"
Ya Tuhan. Dia ingat janjinya untuk mengulang hafalan surat pendek, padahal aku lupa!
Akhirnya sambil berbaring bersiap tidur, bukan hanya Al-Ikhlas yang dibaca. Tapi juga Al-Falaq, An-Naas, dan Al-Lahab.
"Nanti, bangun jam enam belas, mandi jam tujuh belas, minum es jeruk jam delapan belas."
Sejak mengerti jam, segala sesuatu harus dijadwalkan. Aku tidak mau dia terikat dan kaku. Jadi kubilang, "Nanti mandi kalau Aik sudah bangun, ndak usah pakai jam."
Aik tidur. Aku menyeterika tumpukan cucian seminggu.