Thursday, June 20, 2013

(Bukan) Cah Pekok

Bagaimana orang tua memperlakukan anak, mungkin memang dipengaruhi banyak hal. Sifat dasar, tingkat pendidikan dan kondisi psikologis orang tua, lingkungan.

Ada orang yang memang di dalam dirinya sudah tumbuh  kecintaan pada anak. Anak siapa saja. Terlebih pada anaknya. Anak adalah makhluk-makhluk manis yang hanya berhak  mendapatkan curahan kasih sayang. Ada orang yang tidak suka anak. Anak siapa saja. Termasuk anaknya sendiri. Anak adalah kerepotan dalam hidup.

Ada orang yang mengerti dan terus berusaha mencari tahu segala hal baik yang harus diberikan kepada anak. Ada yang hanya mendengar tutur turun temurun tanpa ingin mencari konfirmasi baik buruknya.

Di suatu lingkungan masyarakat yang kukenal, di  mana rata-rata pendidikan penduduknya tidak terlalu tinggi, hal-hal tentang mengasuh anak sering menjadi keprihatinan tersendiri buatku. Para usia muda dengan pendidikan minimal SMA, ternyata masih banyak juga yang sekedar anut apa kata tetua.

Banyak hal sedih kutemui menyangkut perlakuan orang tua -termasuk lingkungan- yang tidak semestinya terhadap anak. Seorang anak yang bibirnya sumbing dikucilkan. Orang tuanya jadi bahan gunjingan. Seorang anak yang mengidap ayan dijauhi. Takut tertular kejang dan berbusa. Bahkan dia dianggap 'gila'.

Seorang anak dengan keterbelakangan mental, bicara tidak jelas, apalagi tidak bisa bicara, akan dipanggil 'cah pekok'. Dia sangat rentan jadi bahan olok-olokan anak-anak sebayanya. Dan bahan gunjingan asik bagi para orang dewasa.

Aku mengerti sekali kekhawatiran keenam orang tuaku. Enam. Bapak Ibuku. Bapak Ibu mertuaku. Dan embah mertuaku. Dek Ai' sampai lewat usia tiga tahun belum juga bisa bicara banyak. Dari mulutnya baru muncul satu dua kata. Aku mengerti sekali rasa malu yang Bapak Ibu mertua dan Embah mertuaku mungkin rasakan, dengan lingkungan pemahaman yang menyedihkan itu. Come on. Jangankan di desa terpelosok begitu, bahkan di lingkungan rumah tempat tinggal kami yang notabene kota dan maju, pembicaraan miring tentang Dek Ai' masih kudengar sayup-sayup...

Gimana rasanya kalau ada yang 'kewetu' di depan mereka, atau di depanku, bahwa Dek Ai' itu 'cah pekok'?

***

Aku tidak malu dengan keadaan Ai'. Jika ada yang bertanya kenapa dia masih ber 'ah-uh' saja dan belum bisa bicara, ya memang dia belum bisa bicara. Tapi kelak dia akan bisa.

Dan sudah sebisa mungkin menjelaskan ke orang tua dan embah, bahwa Dek Ai' sudah ditangani psikolog dan terapis yang menguasai permasalahannya. Mempunyai kapasitas untuk menganalisis kondisi Dek Ai', menyusun program dan kurikulum yang runtut untuk dilatihkan. Dek Ai' bukan anak autis. Bukan anak down syndrome. Bukan cah pekok.

Dia terlambat dan akan mengejar. Bukan tidak bisa bicara. 

Thursday, June 6, 2013

the accident

Photo: kucing jawa memang lincah dan tak bisa diam. kami tak tahu ke mana Cempluk main kemarin siang, sore hari dia pulang dalam keadaan luka parah dan tak mau dipegang. dokter hewan baru bisa menolongnya tengah malam, ketika dia sudah kehabisan darah dan koma. napasnya berhenti begitu kami sampai di rumah. and there was nothing we could do. bye, Cempluk.

Yesterday afternoon Cempluk, our little kitten, get home wounded. Her leg was broken and bleeding so badly. We tried to give her a help but she was like screaming every time we tried to touch her.We called the vet but he was out of town and might be home late.

At about nine the vet texted me, he just got home but so tired and sleepy. He couldn't see Cempluk then and promised to come in the morning. I tried to just accept that. But at about eleven before we should be going to bed, Ibit took a look at Cempluk and found the kitten didn't move at all. Ibit thought she was died. I saw her and find her still breathing. I immediately brought her to the vet's home and ask for some help.

He was shocked to see Cempluk's condition. He didn't think it was that bad. Oh it was, so bad. He said Cempluk must have been hit by a car. We couldn't figure out who's car that could be. Coz' ours didn't get out the carport the whole day.

The vet started to suture the wound, while observing Cempluk. He said Cempluk was already in a comma for losing too much blood and bearing too much pain, she didn't respond the light that was directed to her eyes. 

So after it was done, we brought Cempluk home. And right when we got home and I brought the basket out of the car, we found that Cempluk was no longer breathing.

We did what we could. Wasn't the best I know. We should've tried to find other vet to help her as soon as possible. I do hope this would never happen again.

Good bye, Cempluk.